Sebenarnya, penyebabnya gabungan antara faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Saya jelaskan satu-satu:
1. Faktor Biologis
Ketidakseimbangan zat kimia otak (neurotransmitter) seperti serotonin, norepinefrin, dan GABA.
Faktor genetik: kalau ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan kecemasan, risikonya bisa lebih tinggi.
Respon "fight or flight" tubuh yang berlebihan: tubuh bereaksi seperti sedang dalam bahaya besar, padahal sebenarnya tidak.
2. Faktor Psikologis
Stres berat atau berkepanjangan: tekanan kerja, masalah keluarga, atau keuangan.
Trauma masa lalu: seperti kehilangan orang terdekat, kecelakaan, atau kekerasan.
Pola pikir negatif atau overthinking: kecenderungan membayangkan skenario terburuk terus-menerus.
3. Faktor Lingkungan
Kehidupan yang penuh tekanan: pekerjaan yang penuh tuntutan, lingkungan sosial yang tidak mendukung.
Perubahan besar dalam hidup: pindah kota, perpisahan, menikah, atau kehilangan pekerjaan.
Paparan media atau berita negatif secara berlebihan juga bisa memicu kecemasan.
4. Faktor Gaya Hidup
Kurang tidur, pola makan tidak seimbang.
Konsumsi kafein, nikotin, atau alkohol berlebihan bisa memicu atau memperburuk kecemasan.
Kurang olahraga yang berperan dalam menurunkan hormon stres.
5. Faktor Medis
Masalah tiroid, hipoglikemia (gula darah rendah), atau efek samping obat tertentu juga bisa memicu gejala mirip serangan panik.
Ketergantungan atau penghentian obat tertentu (seperti penenang atau alkohol).:
Biasanya serangan panik terjadi karena kombinasi dari beberapa faktor di atas. Kadang tubuh sudah berada dalam "mode siaga" karena stres menumpuk, lalu hal kecil saja bisa memicu ledakan panik.
Kabar baiknya:
Semua ini bisa diatasi dengan strategi yang tepat. Ada banyak metode seperti terapi kognitif perilaku (CBT), relaksasi, mindfulness, olahraga teratur, hingga bantuan medis bila perlu.